Apa Itu Krisis Moneter? Pengertian, Penyebab & Dampaknya

Keuangan Feb 8, 2022

Generasi tahun 90-an hingga 2000 mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah krisis moneter. Pada tahun 1998, Indonesia pernah mengalaminya dan menyebabkan kekacauan dan kerusuhan di mana-mana. Momen ini pun menjadi sejarah kelam perekonomian negara karena banyaknya korban jiwa yang diakibatkan krisis moneter.

Untuk kamu yang masih awam dengan krisis moneter, Topremit sudah merangkumnya secara lengkap. Apa itu krisis moneter, penyebab, serta dampaknya bisa kamu simak dalam penjelasan di bawah ini. Sebelum itu, jangan lupa untuk kirim uang ke luar negeri, selalu gunakan jasa dari Topremit yang sudah dipercaya lebih dari 10 tahun.

Kirim uang dengan Topremit cepat dan aman karena sudah mendapatkan izin dari Bank Indonesia. Selain itu, kamu juga bisa kirim uang ke banyak negara. Saat ini Topremit sudah melayani pengiriman ke lebih dari 60 negara, loh!

Pengertian Krisis Moneter

Krisis moneter adalah krisis keuangan dan terpuruknya perekonomian suatu negara. Pada momen ini, keuangan negara tidak stabil akibat harga-harga aset mengalami penurunan yang tajam, konsumen dan perusahaan tidak bisa melunasi utangnya, serta perbankan kekurangan likuiditas.

Krisis moneter juga Mengakibatkan kepanikan masyarakat. Banyak investor menjual aset atau menarik uang dari rekening tabungan. Aksi ini karena mereka takut nilai asetnya akan terus turun jika tetap disimpan. Akibatnya, terjadi kehancuran pasar saham, gagal bayar pemerintah, atau krisis mata uang.

Penyebab Krisis Moneter

Krisis moneter terjadi akibat beberapa sebab. Seperti yang terjadi pada tahun 1998, berikut ini adalah penyebab terjadinya krisis moneter:

1. Nilai Mata Uang Anjlok

Pada saat terjadi krisis moneter, nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS anjlok ke Rp16.650. Sebelumnya, penurunan sudah terjadi mulai dari bulan Agustus tahun 1997 dan berada di titik terendah pada bulan September tahun 1997. Sebelum krisis moneter, rupiah berada di angkat Rp2.380.

Kemudian pada akhir tahun 1998, rupiah sempat membaik di angka Rp8.000/dolar AS. Namun, karena kondisi perekonomian masyarakat yang sudah terpuruk, membuatnya tak berarti apa-apa.

2. Utang Menggunung

Utang luar negeri oleh swasta menjadi salah satu penyebab terjadinya krisis moneter. Saat terjadi krisis moneter di Indonesia, utang luar negeri dari swasta mencapai USD 138 miliar. Di antara utang tersebut USD 72,5 miliar adalah utang jangka pendek yang jatuh tempo pada tahun 1998.

Berbanding terbalik dengan cadangan devisa negara pada saat itu. Nilainya sangat jauh untuk menutupi utang tersebut, yakni USD 14,44 miliar. Sehingga untuk membayar lunas utang beserta bunganya sulit dicapai.

3. Krisis Kepercayaan

Banyak investor yang menarik dana dari pasar uang dan masyarakat menguras tabungannya di bank. Hal ini karena kekhawatiran akan dampak yang lebih parah, serta ketidakpercayaan mereka kepada pemerintah dapat mengatasi krisis keuangan tersebut. Saat itu pemerintah dinilai kurang tegas dalam mengambil keputusan. Belum lagi pada saat itu presiden Soeharto sedang sakit, sehingga kekuatan kepemimpinan sedang goyah.

4. Gagal Manfaatkan Bantuan IMF

Saat terjadi krisis moneter, International Monetary Fund (IMF) memberikan bantuan dana kepada Indonesia. Dana tersebut diberikan untuk mengatasi krisis moneter. Sejumlah paket bantuan ditawarkan IMF sebagai solusi untuk membantu Indonesia menanggulangi krisis moneter dengan menawarkan paket reformasi keuangan.

Sayangnya, paket reformasi keuangan yang ditawarkan IMF malah membuat nasabah  menarik dana besar-besaran. Peristiwa yang populer dalam momen ini adalah rush BCA. Kondisi ini makin memperparah krisis ekonomi 1998. Banyak bank kesulitan melakukan  likuiditas dan akhirnya memberikan pinjaman secara terbatas.

Dampak Krisis Moneter

Krisis moneter membuat banyak perusahaan terpaksa menghentikan karyawannya alias PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Hal ini lantaran banyak perusahaan tak dapat membayar upah dan berada diambang kebangkrutan. Harga barang pokok pun naik cukup tinggi. Akibatnya masyarakat kesulitan membeli bahan-bahan pokok. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penjarahan.

Belum lagi harga bahan bakar minyak (BBM) yang terus naik. Perusahaan yang berusaha menyelamatkan usaha dan asetnya, terpaksa berutang pada perusahaan luar negeri. Tentunya dengan bunga yang cukup tinggi.

Tags

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.